Sandiaga Uno Oleh Don Zakiyamani Harus diakui bahwa kehadiran Sandiaga Uno dalam kontestasi pilpres bukan hanya mengejutkan diinterna...
![]() |
Sandiaga Uno |
Oleh Don Zakiyamani
Harus diakui bahwa kehadiran
Sandiaga Uno dalam kontestasi pilpres bukan hanya mengejutkan diinternal,
lawan-lawan politiknya pun sangat takut dengan hadirnya Sandiaga Uno. Secara
umum Sandiaga bisa tingkat popularitasnya sebanding dengan akseptabilitasnya.
Sosok sukses dalam dunia bisnis,
besar dalam politik bukan karena ayah seperti AHY atau bukan pula karena mertua
seperti Prabowo atau bukan pula pejabat publik yang dibesarkan media seperti
Jokowi, Sandiaga diterima publik dengan segala prestasi yang diraih melalui
keringatnya sendiri. Hal inilah yang membuat Sandiaga bisa diterima semua pihak
bahkan oleh lawan politiknya.
Tampak lawan politiknya dalam
pilpres mengikuti pola permainannya. Jika Sandiaga akrab dengan emak-emak,
lawan politiknya mencoba yang sama. Ketika Sandiaga terjun ke pasar, lawan
politiknya melakukan hal yang sama. Sandiaga melakukan kegiatan olahraga, lawan
politiknya melakukan hal yang demikian pula.
Diakui atau tidak, Sandiaga bukan
hanya dianggap ancaman bagi eksternal, bahkan diinternal dia dianggap ancaman.
Sebut saja oleh SBY dan AHY merasakan bagaimana Sandiaga Uno dianggap ancaman
pada 2024. Desakan agar Prabowo lebih aktif kampanye merupakan bukti Demokrat
gelisah bila elektabilitas Sandiaga terus melejit.
Jokowi dan Ma'ruf Amin merasakan hal
itu pula. Wajar bila keduanya terus melakukan plagiasi langkah politik Sandiaga
Uno. Popularitas Sandiaga Uno terus meningkat sebanding dengan
akseptabilitasnya, soal elektabilitas akan ditentukan di TPS. Seolah pada
pilpres mendatang ada 3 calon presiden; Jokowi, Prabowo, dan Sandiaga Uno.
Hal ini menambah kepanikan Jokowi
yang elektabilitasnya belum aman. Meniru langkah-langkah politik Sandiaga Uno
dianggap jalan terbaik. Episode kampanye politik seolah hanya milik Sandiaga
Uno. Jadi, tak perlu repot-repot menganalisa strategi politik Jokowi kali ini,
kemana Sandiaga Uno melangkah, kesitu pula Jokowi akan melangkah.
Jika esok Sandiaga ke pasar, lusa
Jokowi bakal ke pasar. Bila esok Sandiaga lakukan marathon, lusanya Jokowi pun
demikian. Kreatifitas Jokowi mandek, semua lahan kampanye dikuasai dengan baik
oleh Sandiaga. Kita hanya menyaksikan meniru ala Jokowi terhadap Sandiaga Uno.
Bisa kita bayangkan sendiri
bagaimana kualitas pemimpin yang tersedia. Silahkan pilih, pemimpin kreatif
atau pemimpin yang gemar meniru. Pemimpin yang mampu menciptakan peluang atau
pemimpin yang hanya mengikuti keinginan pasar.
Pilihan ini akan menentukan masa
depan bangsa ini, kita mau menjadi bangsa yang kreatif atau bangsa konsumen. Bangsa
kreatif nantinya akan membebaskan diri dari intervensi, sebuah bangsa yang
mampu sejajar dengan bangsa lain bahkan memimpin bangsa lain. Sebaliknya, bangsa
peniru selalu berada dalam baying bangsa lain, hanya bisa berhutang dan hutang
lagi.
Bagaimana mungkin bangsa ini mampu
mengatasi masalahnya bila pemimpinnya hanya pintar meniru, memaksakan diri agar
sama dengan gaya orang lain. Sementara permasalahan bangsa ini saban hari terus
bertambah, bangsa ini butuh peluang dan menciptakan peluang dengan potensi alam
dan SDM yang dimiliki.
Bangsa ini tak butuh pemimpin ala
kadar, tapi bangsa ini butuh pemimpin super kadar agar tidak menjadi bangsa
kalah dalam percaturan internasional. Kita ketahui bersama, globalisasi
mempengaruhi internal sebuah negara. Bangsa yang siap akan mampu eksis dan
sebaliknya bangsa peniru akan tenggelam di samudera global.